Ledhek Sintren adalah sebuah peninggalan budaya yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Padukuhan Papak. Tempat ini menyimpan berbagai cerita dan sejarah yang menarik, meski tidak banyak menarik perhatian orang dan hanya menjadi cerita rakyat setempat. Ledhek Sintren terkenal karena adanya batu yang berbentuk gamelan. Beberapa dudukan batu gamelan tersebut memiliki ukiran yang mengingatkan pada gamelan kuno. Dulu, batu-batu ini berbentuk gamelan utuh, namun kini beberapa di antaranya hanya tersisa dalam bentuk pecahan.
Asal usul Ledhek Sintren masih menjadi misteri hingga kini. Nama asli tempat ini telah hilang dari ingatan para tokoh masyarakat setempat. Tempat ini sudah ada sejak zaman dahulu, dengan makam yang telah lama berdiri di sana. Di tempat ini, dulunya terdapat arca yang diduga berperan penting dalam sejarahnya. Namun, arca tersebut hilang dicuri oleh seorang mahasiswa KKN sekitar tahun 1991-1993. Setelah arca dicuri, roh yang disebut sebagai "ledhek" ikut bersama arcanya selama 40 hari. Ketika roh tersebut kembali, sebuah peristiwa aneh terjadi. Roh tersebut pulang dengan cara yang tidak biasa, menaiki ojek hingga dekat sungai, lalu memberikan uang kepada tukang ojek dan berjalan ke arah makamnya, meski tidak ada jalan di sana. Saat itu, roh tersebut mengenakan pakaian adat Jawen Murni, memberikan tanda kepada warga bahwa ledhek telah kembali ke makamnya.
Mbah Hadi, seorang tokoh masyarakat setempat, mendapatkan informasi tentang Ledhek Sintren dan memutuskan untuk menggali lebih jauh mengenai makam tersebut. Dalam mimpinya, Mbah Hadi diberitahu tentang rumah Ledhek dan melihat pengikutnya yang terdiri dari lima wanita. Rumah tersebut ternyata besar dan ada di lokasi makam Ledhek Sintren. Mbah Hadi sempat berbicara dengan pengikut Ledhek, namun Ledhek sendiri hanya berbaring diam. Setelah bermimpi, Mbah Hadi memutuskan untuk membongkar makam untuk mengambil gamelan yang tertanam sekitar 80 cm di bawah tanah. Rencana awalnya adalah membangun sebuah joglo dari susunan gamelan tersebut. Namun, karena keterbatasan tenaga, joglo tersebut sampai saat ini belum terwujud dan Mbah Hadi berharap makam tersebut diberikan atap sederhana untuk para peziarah yang datang dari jauh.
Dalam mimpi lain, Mbah Hadi disuruh datang ke makam tersebut lagi. Saat beliau datang ke sana, terdapat seseorang yang tidak nampak wujudnya berbicara, "Tunggu aja kamu di sini nanti ada barang apa pun itu, kamu ambil." Mbah Hadi bingung, barang apa yang nantinya akan keluar, jadi ia memutuskan untuk berdiam diri melihat ke arah kuburan dan menunggu. Setelah beberapa waktu menunggu, Mbah Hadi melihat sebuah lubang yang berisi penggorengan hitam dengan air berwarna biru di dalamnya. Mbah Hadi diberi tahu untuk mengambil penggorengan tersebut, namun ia memutuskan untuk melakukannya keesokan hari karena kesusahan untuk mengambilnya saat itu juga. Berdasarkan mimpi tersebut, Mbah Hadi menyimpulkan bahwa Ledhek Sintren berasal dari ras kerajaan darah biru, yang kemungkinan besar dari Majapahit, yang menyamar sebagai orang biasa untuk menyelidiki kehidupan pedesaan.
Pihak kebudayaan dari Kabupaten dan Provinsi pernah mengunjungi Ledhek Sintren untuk meneliti dan menanyakan berbagai informasi. Hasil tes menunjukkan bahwa batu-batu gamelan tersebut berasal dari abad ke-18 Masehi. Pihak kebudayaan sempat ingin menggali lebih jauh, namun dengan syarat yang diberikan oleh Mbah Hadi, yaitu tidak akan ada campur tangan dari beliau, mereka memutuskan untuk tidak melakukannya karena takut akan terjadi sesuatu yang buruk.
Ledhek Sintren juga memiliki keterkaitan dengan kesenian ketoprak, sebuah seni yang menceritakan riwayat kerajaan dan diiringi gamelan. Sebelum melakukan pentas, para pemain ketoprak, yang dulunya hanya laki-laki yang menyerupai wanita, tidur di makam Ledhek Sintren selama satu malam. Anehnya, wajah mereka berubah menjadi wanita saat pentas dan kembali seperti semula setelahnya. Kini, Ledhek Sintren terbuka untuk umum dan menjadi tempat ziarah. Tempat ini juga menjadi media perantara rasa syukur dan kelancaran mencari rezeki, namun kembali lagi tetap berdoa hanya kepada Yang Maha Esa. Saat ini, Ledhek Sintren tetap menjadi saksi bisu sejarah dan budaya yang menyimpan berbagai misteri dan cerita mistis yang menarik perhatian beberapa orang.